


JAKARTA — Kementerian Perhubungan semakin memperkuat integrasi antara moda laut dan udara melalui program angkutan perintis dengan tujuan menekan biaya logistik di Indonesia. Strategi ini difokuskan untuk memperkuat konektivitas ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri (KI), dan wilayah perdagangan bebas.
(Sumber: Bisnis.com)
Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Lollan Andy Panjaitan, program angkutan laut perintis telah berkembang pesat sejak awal. Pada 2015, hanya ada 3 trayek dengan 11 pelabuhan dan 3 kapal yang melayani. Di 2025, jaringannya telah meluas menjadi 39 trayek dengan 104 pelabuhan dan 39 kapal.
Sementara itu dari sisi udara, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menyebut bahwa angkutan udara perintis kini menghubungkan 164 bandara di 27 provinsi, mencakup 78 lapangan terbang dan 121 kabupaten/kota. Sejak 2011 hingga Juni 2025, layanan ini telah mengangkut 3.236.977 penumpang, dan sejak 2018 hingga Juni 2025 mengangkut 36.262 ton kargo.
Menhub menetapkan target ambisius: menurunkan beban biaya logistik nasional menjadi 12,5 % dari PDB pada 2029. Untuk konteks, biaya logistik pada 2022 tercatat 14,29 % dari PDB, dan di tahun ini menurun menjadi 13,52 %.
Menurut Direktur Navigasi Penerbangan Syamsu Rizal, integrasi moda dan optimalisasi trayek perintis adalah salah satu kunci untuk meratakan akses logistik ke seluruh wilayah Indonesia.